Sabtu, 31 Januari 2009

my..............

Rabu, 14 Januari 2009

LiFe is an Audition

Kehidupan adalah sebuah audisi. Audisi seekor ulat tuk mencapai bentuk kupu-kupu yang indah dan dapat terbang selayaknya gumpalan awan yang mengapung di langit-langit dengan ringannya.
Sebelum mencapai pembentukan kupu-kupu, ulat kecil itu hanya mampu menggigil ketika diterpa semilir angin dan membuka hatinya untuk sang fajar. Dan meringkuk kembali takkala bayang-bayang malam telah datang.
Kehidupanya adalah sebuah audisi, ktika dia harus meruntuhkan pesaing-pesaing dalam dirinya sendiri. Dalam lembahnya, dia menyulam benang-benang kehidupan tuk menutup diri dari alamnya. Kekosongan membuatnya riang tiada berpikir sedikitpun dalam benang-benang yang menyelimutinya. Namun didalam benang-benang itu dia tercabik oleh dua kekuatan, yang pertama mengangkatnya dan mempertontonkan indahnya semesta dari balik kabut mimpi-mimpi. Yang kedua memaksanya melepas benang-benang itu dan memenuhi pengelihatannya dengan debu dan menyekapnya dengan segala kekhawatiran dan lamunan... Hanya bukit dan lembah yang setia mendengarkan lolongannya. Namun jeritan dan kekosongan didalam benang-benang itu berhasil memenangkanya dari audisi.
Dia datang dari sumber lubang pepohonan...memberanikan diri mengikuti sebuah audisi kehidupan kupu-kupu.. dan kini... perubahan itu datang...
Inilah hidup si kupu-kupu karena dia telah jujur menghadapi perubahan dalam kehidupanya....

LoGikA tERbAlik dALaM cINtA

LAFAZ CINTA Sang Pujangga
”Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”.

Ada sebuah logika terbalik dalam cinta... atau mungkin lebih tepatnya, bahwa sesungguhnya logika tak mampu menjamahnya. Selayaknya sebuah teratai putih yang terapung diatas permukaan air, yang tak dimengerti oleh orang yang melihatnya bahwa dibawah teratai indah itu terdapat jaring-jaring akar yang terbelit dengan keruwetanya. Dan itu, hanya bisa dipahami oelh si teratai sendiri.
Ketika seseorang jatuh cinta, dia akan mengalami sebuah perubahan. Segala bentuk perubahan itu bisa dilihat sebagai perubahan perilaku, keadaan emosional atau pola pikir yang dirasa berubah kearah positif atau negatif bagi dirinya sendiri atau orang lain.
Terkadang... cintapun tak membutuhkan balasan dari orang yang di cintainya. Akan sangat terdengar omongkosong mungkin...atau..itu semua hanya ada dalam rekaan cerita fiktif belaka.
Semua orang pastinya kan bahagia, jika apa yang diharapkan dari orang yang dia cintai terwujud. Bagaikan seorang putri yang hidup bersama selamanya dengan pangeran yang dicintainya. Kehidupan yang dijalani dengan bahagia dan berahir dengan happyending seperti dalam dongeng dan romansa cinta...Tentu saja semua orang menginginkanya. Tapi....hey...??!! ini bukan dongeng cinderella dan Romansa cinta Romeo-Juliet.
Cinta selayaknya kasih sayang bunda yang hanya dibaca berdasarkan logika terbalik semata. Bukankah seorang bunda hanya mengharapkan balasan agar orang yang dicintainya bahagia?? Seorang bunda mencintai hanya berdasarkan ketulusan yang diliputi naungan doa dan hanya berharap balasan dari Tuhan agar orang yang dicintainya kelak bisa meraih harapan dan hidup bahagia... Lalu...bisakah cinta itu dijelaskan dengan logika??
Logika cinta itu terbalik... Sebuah rasa dalam jiwa terkadang tak dapat dijelaskan oleh kata, dan Cinta hanya dimengerti oleh orang yang merasakannya. Selayaknya yang Gibran kata bahwa ”Cinta yang dibasuh oleh airmata akan tetap murni dan indah sentiasa”.
Dengan cinta sederhana itu, seorang pribadi bisa belajar dari sisi-sisi ketidakbahagiaanya dan bahagia dalam ketidakbahagiaanya... Itulah ketika kita mencintai seseorang dengan tulus dan sederhana...

Orang berkata:
”ketika kau ingin memahami orang lain, maka terlebih dulu pahamilah dirimu sendiri”.
Tapi aku berkata:
”Dengan mencintai orang lain, aku akan dapat memahami diri sendiri..”

Minggu, 11 Januari 2009

akU bELajaR unTUk tERsENyum


Orang berkata, "Langit selalu berduka dan mendung."

Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, cukuplah duka cita di langit sana."

Orang berkata, "Masa muda telah berlalu dariku."

Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, bersedih menyesali masa muda tak kan pernah mengembalikannya"

Orang berkata, "Langitku yang ada di dalam jiwa telah membuatku merana dan berduka.

Janji-janji telah mengkhianatiku ketika kalbu telah menguasainya.

Bagaimana mungkin jiwaku sangggup mengembangkan senyum manisnya

Maka akupun berkata,"Tersenyum dan berdendanglah, kala kau membandingkan semua umurmu kan habis untuk merasakan sakitnya.

Orang berkata, "Perdagangan selalu penuh intrik dan penipuan, ia laksana musafir yang akan mati karena terserang rasa haus."

Tapi aku berkata, "Tetaplah tersenyum, karena engkau akan mendapatkan penangkal dahagamu.

Cukuplah engkau tersenyum, karena mungkin hausmu akan sembuh dengan sendirinya.

Maka mengapa kau harus bersedih dengan dosa dan kesusahan orang lain, apalagi sampai engkau seolah-olah yang melakukan dosa dan kesalahan itu?

Orang berkata, "Sekian hari raya telah tampak tanda-tandanya seakan memerintahkanku membeli pakaian dan boneka-boneka.

Sedangkan aku punya kewajiban bagi teman-teman dan saudara, namun telapak tanganku tak memegang walau hanya satu dirham adanya

Ku katakan: Tersenyumlah, cukuplah bagi dirimu karena Anda masih hidup, dan engkau tidak kehilangan saudara-saudara dan kerabat yang kau cintai.

Orang berkata, " Malam memberiku minuman ‘alqamah… tersenyumlah, walaupun kau makan buah ‘alqamah

Mungkin saja orang lain yang melihatmu berdendang akan membuang semua kesedihan. Berdendanglah…

Apa kau kira dengan cemberut akan memperoleh dirham atau kau merugi karena menampakkan wajah berseri?

Saudaraku, tak membahayakan bibirmu jika engkau mencium juga tak membahayakan jika wajahmu tampak indah berseri

Tertawalah, sebab meteor-meteor langit juga tertawa, mendung tertawa, karenanya kami mencintai bintang-bintang

Orang berkata, "Wajah berseri tidak membuat dunia bahagia

yang datang ke dunia dan pergi dengan gumpalan amarah.

Ku katakan, "Tersenyumlah, selama antara kau dan kematian ada jarak sejengkal, setelah itu engkau tidak akan pernah tersenyum."


Begitulah Elia Abu Madhi berkata, dan akupun belajar untuk selalu tersenyum…

oUr


Angin… air…api…tanah…

Semuanya memiliki sifat kepemilikan mutual masing-masing…

Debur emosi yang menyatu dalam keterpautan awan…

Membuat sifat kepemilikan mutual itu menjadi sebuah keobyektifan yang membuat kita saling terikat.

Tak perduli seberapa panasnya kepemilikan sang api..

Tak perduli seberapa besar deburan sang angin…

Tak perduli seberapa menghanyutkanya kepemilikan air..

Dan tak perduli seberapa keras tandusnya kepemilikan tanah…

Tapi. ..

Ketika semuanya menyatu dan terukir di bumi…

Seluruhnya menjadi lukisan hidup yang indah…

Dan itulah…ketika kita saling… terikat…..

Anorexia Pada Remaja yang Semakin Meningkat

Gangguan makan yang umumnya ditemui pada remaja putri adalah anoreksia atau istilah kerennya dikenal dengan anorexia nervosa. Anorexia berarti kehilangan nafsu makan atau suatu sindrom yang membuat penderita menghindari keinginan untuk makan yang kemudian membuat dirinya berhasil menguasai dan mengatasi rasa lapar dan nafsu makannya sendiri.

Penderita anoreksia sadar bahwa mereka merasa lapar namun takut untuk memenuhi kebutuhan makan mereka karena bisa berakibat naiknya berat badan.

Persepsi mereka terhadap rasa kenyang terganggu sehingga pada saat mereka mengkonsumsi sejumlah makanan dalam porsi kecil sekalipun, mereka akan segera merasa ‘penuh’ atau bahkan mual. Mereka terus menerus melakukan diet mati-matian dan atau melakukan olahraga secara berlebihan, sehingga berat badannyapun turun secara drastis. Pada akhirnya kondisi ini bisa menimbulkan efek yang berbahaya yaitu kematian si penderita. Penderita biasanya benar-benar ingin kurus sampai-sampai penderita merasa kedinginan, sulit tidur dan beberapa gangguan emosional lainnya. (Anorexia Nervosa and Refeeding Syndrome.A Case Report )


Karena berbagai pencitraan di media massa mengenai bentuk tubuh ideal seorang perempuan, banyak perempuan yang menjadi korban tanpa disadari. Pada waktu yang sama, seringkali media mempunyai kecenderungan menyangkal nilai kualitas dan kekuatan yang timbul dari dalam diri. Banyak wanita dengan berat dan bentuk tubuh yang berbeda-beda "dikeluarkan" dari masyarakat atau direndahkan oleh citra-citra dan pesan-pesan ini. Sehingga pencitraan ukuran tubuh yang langsing cenderung ceking telah melipat gandakan kasus-kasus Anorexia dan Bulimia.

Pada khususnya, media sebagai lambang yang memperkuat ketakutan dan diskriminasi terhadap wanita-wanita gemuk. Sebaliknya, menurut tafsiran terdapat 9 dari 10 wanita, berjuang dengan masalah-masalah berat badan dan citra tubuh. Dan berat yang berlebihan kurang lebih dilihat sebagai masalah kesehatan yang kompleks dan lebih sebagai masalah kekuatan niatan pribadi wanita-wanita yang kelebihan berat badan seringkali diberitahu oleh praktisi kesehatan untuk "mengurangi berat badan".

Kebanyakan wanita ingin terlihat langsing dan kurus karena mereka beranggapan bahwa menjadi kurus akan membuat mereka bahagia, sukses dan populer. Apalagi jika melihat ‘body’ para selebritis yang langsing (yang sebenarnya lebih tepat dikatakan kurus-ceking) sehingga jika memakai baju model apapun terlihat pas dan pantas dipakai. Sementara lain halnya jika tubuh kita gendut,akan terlihat tidak pantas. Para pemerhati masalah media dan perempuan mengamati bahwa gejala gangguan pola makan mulai marak muncul sekitar tahun 1960-an ketika Twiggy dan Barbie muncul .( Jurnal Perempuan, Media Awareness,)

Ketika memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja menjadi sangat concern atas pertambahan berat badan mereka. Terjadi perubahan fisiologis tubuh yang kadangkala mengganggu. Biasanya, hal ini lebih sering dialami oleh remaja putri daripada remaja pria. Dalam JURNAL The Anxiety Level Differences Among Male and Female terlihat pula bahwa tingkat kecemasan perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki. Apalagi para remaja putri,tahu bahwa mereka mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak sehingga mereka akan mudah untuk gemuk apabila mengkonsumsi makanan yang berkalori tinggi.


Dari penelitian American Psychological Association/APA, terdapat hubungan yang kuat antara seksualisasi dengan tiga gangguan mental yang sering terjadi pada perempuan, yaitu kelainan makan (anoreksia nervosa, anoreksia bulimia), harga diri yang rendah, dan depresi. Gangguan yang berupa kelainan makan seperti anoreksia tentunya juga akan berdampak pada kesehatan fisik anak.

APA mendapati hampir semua bentuk media melakukan ciri (1) orang dinilai hanya dari daya tarik seksual atau perilaku seksualnya, (2) standar daya tarik fisik (yaitu, yang ’seksi’) didefinisikan secara sempit, (3) orang dijadikan objek atau alat pemenuh kebutuhan seksual, dan (4) nilai-nilai seksual dengan tidak sepantasnya dipaksakan ke dalam diri seseorang. Keempat ciri ini tidak harus tampil bersama-sama; keberadaan satu ciri saja sudah dapat menjadi bukti adanya seksualisasi.

Anak perempuan, khususnya, sangat rentan dipaksakan dengan seksualitas orang dewasa. Dalam media, seksualitas perempuan biasanya dilakukan dengan penggambaran secara seksual (misal: memakai baju yang minim/terbuka, dengan postur tubuh atau mimik muka yang menandakan kesiapan melakukan aktivitas seksual), objektivikasi seksual (misal: hanya ditampilkan bagian-bagian tubuh yang merangsang secara seksual seperti payudara atau pantat), dan penekanan yang kuat pada standar kecantikan fisik yang sempit dan tidak realistis. Dari hasil studi APA terhadap 40 tahun iklan media massa di AS, hanya 1.5% yang menampilkan seksualisasi anak-anak. Namun dari 1.5% tersebut, 85%-nya menampilkan seksualisasi pada anak perempuan. Dan angka tersebut terus meningkat setiap tahunnya.


Lingkungan sekitar juga ikut mempengaruhi. Semakin sering diledek ‘gendut’ maka dietnya semakin gencar. Maka tidak mengherankan bila ketidakpuasan seseorang dengan tubuhnya akan mengembangkan masalah pada gangguan makan.

Teman-temannya pun dapat melakukan seksualisasi ketika tubuh yang kurus dan seksi dijadikan standar untuk diterima di lingkungan pergaulan (untuk teman sesama perempuan), atau mengganggu teman-teman perempuan dan memperlakukan mereka sebagai objek seksual (untuk teman-temannya yang laki-laki).

Lingkungan keluarga juga dapat mempengaruhi. Ketika orangtua menekankan pada anak perempuannya bahwa penampilan fisik adalah hal yang terpenting dalam hidup, maka mereka telah melakukan seksualisasi. Beberapa bahkan mungkin sampai mendorong anaknya melakukan operasi plastik.

Ketika anak perempuan sudah diindoktrinasi oleh lingkungannya, maka selanjutnya ia yang akan melakukan seksualisasi dirinya sendiri. Gejala ini tampak dalam perilakunya membeli (atau meminta orangtua membelikan) produk atau pakaian yang membuatnya tampak lebih menarik secara fisik atau lebih seksi. Di tahap ini anak perempuan akan melakukan objektivikasi diri (self-objectification), di mana mereka memandang diri/tubuh mereka sendiri sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain secara fisik dan seksual.


Remaja dengan gangguan makan seperti di atas memiliki masalah dengan body imagenya. Artinya, mereka sudah memiliki suatu mind set (pemikiran yang sudah ter’patri’ di otak) bahwa tubuh mereka tidak ideal. Mereka mempersepsikan tubuhnya gemuk, banyak lemak di sana sini, tidak seksi dan lain-lain yang intinya tidak sedap untuk dipandang dan tidak semenarik tubuh orang lain. Akibat pemikiran yang sudah ter’patri’ ini, seorang remaja akan selalu melihat tubuh mereka terkesan gemuk padahal kenyataannya justru berat badan mereka semakin turun hingga akhirnya mereka menjadi sangat kurus. Mereka akan dihantui perasaan bersalah manakala mereka makan banyak karena hal itu akan menyebabkan berat badannya naik.

Masalah "body" ini akhirnya menyebabkan remaja menjadi tidak percaya diri dan sulit untuk menerima kondisi dirinya. Mereka beranggapan bahwa kepercayaan diri akan tumbuh kalau mereka juga memiliki tubuh yang sempurna (sempurna disini adalah ; kurus).

Anorexia pada umumnya mulai diderita seseorang pada usia remaja, walaupun bisa juga mulai muncul ketika anak berusia lima tahun atau pada orang tua berusia 60-an tahun. Gejala anorexia bisa bermacam-macam tergantung individu yang menderitanya. Menurut hasil penelitian dalam Jurnal of Clinical and health psychology biasanya ditandai dengan :

  • Menolak untuk mempertahankan berat badan normal dan cenderung selalu ingin lebih kurus.

  • Selalu ketakutan berat badannya akan naik walaupun kenyataannya berat badannya turun terus.

  • Berolahraga secara berlebihan

  • Punya kebiasaan makan yang aneh, seperti menyisihkan makanan di piringnya dan memotong-motongnya menjadi bagian-bagian kecil, mengunyah lambat-lambat, serta menghindari makan bersama keluarga.

  • Mereka menganggap kulit dan daging pada tubuh mereka sebagai lemak yang harus dimusnahkan.

  • Tidak adanya lemak di tubuh membuat penderita anorexia merasa tidak nyaman ketika duduk ataupun berbaring (saking kurusnya).

  • Mereka juga sulit tidur.

  • Dengan berlanjutnya penyakit ini, penderita mulai suka menyendiri dan menarik diri dari teman dan keluarga.


Beberapa penderita anoreksia dan bulimia dapat menurunkan berat badannya antara 25 – 50 % dari berat badan mereka. Jika gangguan ini tidak segera tertangani, maka dapat membawa dampak masalah baik secara fisik maupun psikis yang serius, bahkan kasus yang terparah bisa sampai menyebabkan kematian

Dampak fisik yang umumnya terjadi pada mereka :

  • Kehilangan selera makan, hingga tidak mau mengkonsumsi makanan apapun

  • Luka pada tenggorokan dan infeksi saluran pencernaan akibat terlalu sering memuntahkan makanan

  • Lemah, tidak bertenaga

  • Tubuh penderita bereaksi terhadap kondisi ini dengan cara menghentikan beberapa proses. Tekanan darah menurun drastis, napas melemah, dan kelenjar tiroid yang mengatur pertumbuhan menghilang.

  • Kulit mengering, rambut, dan kuku menjadi rapuh.

  • Pusing, kedinginan, sembelit, serta pembengkakan sendi.

  • Kekurangan lemak menyebabkan temperatur tubuh menurun.

  • Sebagai mekanisme alam, tumbuh lanugo atau rambut di seluruh tubuh termasuk wajah.

  • Ketidakseimbangan zat kimia dalam tubuh juga dapat menyebabkan serangan jantung.

  • Sulit berkonsentrasi

  • Gangguan menstruasi yakni berhenti menstruasi tiga bulan berturut-turut atau lebih padahal tidak hamil atau menstruasi terhenti (atau pada anak yang menginjak dewasa, mungkin menstruasi tidak dimulai sama sekali)

  • Gastroparesis diabetikal adalah suatu kelainan motilitas lambung yang terjadi pada penderita diabetes tanpa gangguan obstruksi pada gastroduodenal dengan atau tanpa manifestasi sindroma dispepsi dan ini disertai dengan adanya kelainan pada uji pengosongan lambung. (Farrel FJ. and Keeffe EB., 1995). Diman dari hasil penelitian Mabel Sihombing, , dkk. Dalam Jurnal Clinics and Radiologic Improvement With Cisapride Short Term Therapy in Gastroparesis Diabetica tahun 2002, bahwa Gastroparesis bisa diakibatkan oleh berbagai hal ; salah satunya adalah Anorexia Nervosa

  • Kematian


Dampak fisik secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kondisi psikis seseorang, sehingga masalah psikologis yang muncul pada mereka adalah :

  • Perasaan tidak berharga

  • Sensitif, mudah tersinggung, mudah marah

  • Mudah merasa bersalah

  • Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain

  • Tidak percaya diri, canggung berhadapan dengan orang banyak

  • Cenderung berbohong untuk menutupi perilaku makannya

  • Minta perhatian orang lain

  • Depresi (sedih terus menerus)




Baik dalam kasus bulimia maupun anorexia diperlukan penanganan dini, karena penanganan yang terlambat mempersulit pengobatan. Pengobatan segera harus diberikan untuk memulihkan berat badannya, dan jika kondisinya sangat lemah, harus dirawat di rumah sakit. Perawatan penderita anorexia nervosa harus disertai dengan bimbingan para spesialis (psikolog, ahli diet), karena dia perlu berdialog dengan para ahli tersebut agar bisa mengubah pandangannya. Lama terapi bisa beberapa bulan bahkan sampai tahunan. perawatannya pun sama, yaitu dengan mengubah persepsi diri mengenai tubuhnya.

Biasanya, keluarga pasien akan diminta bantuan dalam perawatan, seperti terapi psikoligis, konseling gizi, modifikasi perilaku, dan self-help groups. Terapi dapat berlangsung setahun atau lebih. bisa dilakukan sendiri di rumah bersama keluarga atau untuk kasus yang parah dengan rawat inap di rumah sakit.

Tetapi meskipun perawatan di Rumah Sakit diperlukan, tetapi akan lebih baik jika perawatan dilakukan dirumah yakni tanpa opname di Rumah Sakit. Menurut hasil penelitian dalam jurnal Family-Based Treatment of Adolescent Anorexia nervosa The Maudsley Approach. Menurut study hasil penelitian di London menunjukkan 75-90% penderita Anorexia dapat sembuh dengan melakukan perawatan Family baseddengan perawatan kurang lebih selama 12 bulan.

Perawatan dirumah atau rawat jalan ini memerlukan peran positif dan aktif orang tua untuk secara intensive mengembalikan kembali berat badan anak mereka, mendorong dan memotivasi anak untuk dapat berkembang normal kembali dengan disertai sikap kekeluargaan yang hangat.

Literatur Kepustakaan


Azumagawa, Kohji, dkk. 2007. Anorexia Nervosa and Refeeding Syndrome. A Case Report . Case Study The Scientific World JOURNAL. Child Health and Human Development.

Anorexia Nervosa. Jurnal Perempuan, Media Awareness. www.about-face.org

Grange, Daniel le & James Lock. 2005. FAMILY-BASED TREATMENT OF ADOLESCENT ANOREXIA NERVOSA: THE MAUDSLEY APPROACH. Journal National Eating Disorder London Centre

Levey, Robert. 2006. All abouth Anorexia Nervosa Article. Department of Medicine, Section of Psychiatry, University of Tennessee School of Medicine.

Machado, Barbara C. Oscar FG. Paulo PP. 2005. Anorexia Nervosa: Divergent Validity of a prototype narrative among anorexia relatives. International Jurnal of Clinical and health psychology.

Nevid, Jeffrey S. dkk. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta : Erlangga.

Pokja.2007. Journal sexualization of girls. American Psychological Association(APA)

Sihombing, Mabel. 2002. Clinics and Radiologic Improvement With Cisapride Short Term Therapy in Gastroparesis Diabetica. Jurnal Kedokteran Edisi 20

Trismiati. 2004. Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Yogyakarta. (The Anxiety Level Differences Among Male and FemaleYogyakarta). Jurnal PSYCHE Vol. 1 No. 1, Juli 2004

Tambunan, Raymond. 2005. ANOREXIA NERVOSA. www.e-psikologi.com

http://www.google.com/search?q=cache:H1Ha237qfkJ:www.depkes.go.id/downloads/Pedoman%2520Kes%2520Jiwa%2520Remaja.pdf+skizofrenia+filetype:pdf&hl=id&ct=clnk&cd=6&gl=id

http://www.prodia.co.id/files/smartliving/Edisi3/15.%20SL%20Edisi%203%20(Sehat%20Remaja).pdf


Distres Psikologis, fobia, insomnia dan amnesia disosiatif dari PTSD

Suatu permasalahan yang dialami seseorang yang dirasa berat secara mental, dan adanya ketidaksanggupan diri menanggung beban tersebut memang dapat menyebabkan seseorang mengalami distres psikologis yang berat yang dapat mempengaruhi perilaku atau gangguan emosional tersendiri.

Gangguan stress pasca trauma (Posttraumatic stress disorder/PTSD) merupakan reaksi yang berkelanjutan terhadap suatu pengalaman yang traumatis. Menurut Zlotnic dkk (dalam Nevid, 2003) PTSD dapat berlangsung selama berbulan-bulan, atau sampai beberapa decade dan mungkin baru muncul setelah beberapa bulan atau tahun setelah adanya pemaparan terhadap peristiwa traumatis tersebut. Respon terhadap ancaman tersebut dapat berupa perasaan takut yang intens, perasaan tidak berdaya, dan perasaan bingung terhadap suatu keadaan atau stimulus yang berhubungan dengan kejadian traumatis. Kerentanan terhadap PTSD kemungkinan tergantung pada pengalaman traumatis itu sendiri dan beberapa faktor pendukung seperti keparahan trauma, derajat pemaparan, ketersediaan dukungan social maupun penggunaan respon coping aktif dalam menghadapi stressor traumatis itu sendiri. PTSD ternyata juga dapat memunculkan fobia, insomnia dan amnesia disosiatif. Peristiwa traumatis dapat membuat seseorang mengalami fobia atau perasaan takut yang persisten terhadap objeck atau situasi yang dirasa berhubungan dengan peristiwa traumatis, hal-hal atau situasi yang menyenangkan sebelum peristiwa traumatis itu terjadi. Insomnia atau gangguan sulit tidur dan amnesia disosiatif, yakni tidak mampu menyebut kembali informasi pribadi yang penting, yang biasanya melibatkan pengalaman yang traumatis atau penuh tekanan, dalam bentuk yang tidak dapat dianggap sebagai lupa biasa. Amnesia disosiatif dapat terjadi secara bertahap tetapi seringkali muncul secara tiba-tiba dan spontan. Orang dengan gangguan Amnesia disosiatif ini biasanya lupa pada peristiwa atau kehidupan yang traumatis.

Penanganan gangguan ini dapat melibatkan lebih dari satu pendekatan traupetik, namun dukungan social dan penerimaan dalam diri atas kondisi yang terjadi akan lebih berpengaruh dan bermanfaat dalam proses pemulihan kondisi psikis seseorang dalam PTSD. (semoga bermanfaat ^_^)

Depresi Pasca melahirkan

Aku melihatnya terbaring pucat dengan tubuh yang tampak sangat kurus. Dia tidak seperti seorang wanita ketika habis melahirkan yang biasa kita lihat. Beberapa memori masa lalunya pun hilang..Dia hanya diam, terbaring lemas dan terlihat sangat depresi.....dia tidak seperti wanita, istri dan ibu baru yang bahagia menikmati perkawinannya…

Ketika aku mendekatinya saat itu...tidak ada reaksi sama sekali dan diapun tak mengenaliku…baru ketika keluarganya berulangkali memperkenalkan dan menjelaskan siapa diriku…dia baru bereaksi…ketika dia tersadar bahwa aku didekatnya, diapun memelukku dengan tangisan di matanya dan hanya berucap duapatah kata..”tolong aku”….


Banyak atau hampir semua ibu-ibu barumengalami perubahan mood, periode penuh airmata, dan masa sensitive setelah melahirkan anak, khususnya anak pertama. perubahan mood ini, secara umum disebut “maternity blues atau baby blues “ (kemurungan setelah melahirkan). hal ini biasa berlangsung selama beberapa hari dan dianggap sebagai suatu respon hormonal yang normal.

Namun, beberapa ibu mengalami perubahan mood yang parah selama beberapa bulan atau lebih, yang permasalahan ini mengacu pada depresi pasca melahirkan. Gangguan deperesi pasca melahirkan ini seringkali disertai dengan gangguan dalam selera makan dan tidur, self esteem yang rendah, serta kesulitan dalam mempertahankan konsentrasi dan perhatian dan gangguan yang lebih parah jika memiliki riwayat depresi atau mengalami stress sebelumnya.

Meskipun deperesi pasca melahirkan ini melibatkan ketidakseimbangan kimiawi atau hormonal yang terjadi karena melahirkan, namun terdapat faktor lain yang dapat mengakibatkan terkenanya resiko ini, seperti;adanya stress pada diri ibu, ibu tunggal atau pertamakali menjadi ibu, adanya masalah keuangan, perkawinanisolasi social, kurangnya dukungan pasangan dan anggota keluarga, adanya riwayat depresi dan memiliki bayi yang tidak diinginkan. Sehingga dukungan psikologis oleh keluarga maupun suami sangat penting untuk memperkecil risiko gangguan ini…

(semoga bermanfaat ^_^)

UntuK sanG pEnguasa SisTem

aku ingin bicara..

bicara padamu sang penguasa sistem..

bicara pada mereka-meraka pemegang harta dan tahta.


Apakah aura yang telah menyilaukan mata kalian??

Kalian bicara tentang pola logika dan kecerdasan

tapi lupa tentang bergeletaknya kebodohan..

Kalian bicara tentang hamparan kejujuran

tapi lupa kemunafikan...

Kalian bicara tentang harta

tapi lupa kemiskinan yang terasingkan...

Kalian bicara tentang langit-langit kebahagiaan

tapi lupa lembah kedukaan..


Siapakah yang sebenarnya harus dipertanyakan??

Siapakah yang harus memberikan penaungan atas bayang-bayang kegetiran??


aku...?? kamu...?? ataukah mereka..???

sEPerdetik miLikKu

Hidup adalah milik masing-masing...

Hidup ini milikku..dan hidup itu milikmu


Hidup adalah seperdetik dari satu jam kehidupan...

Hidup hanyalah persinggahan sementara dari kehidupan

Persinggahan ini takkan ku tukar dengan apapun..

Karna meskipun hanya bersinggah..

Aku berkesempatan mengenalmu...

aku berkesempatan mengenal kalian...


Seperdetik ini adalah milikku..

Seperdetik ini adalah kesempatanku...

Seperdetik ini adalah waktuku...

Seperdetik ini adalah pembelajaranku...


Seperdetik ini adalah bekalku...

nADa q

Hidup itu butuh lagu…

Butuh irama…

Butuh nada…

Butuh kata…

Aku, mencoba memainkanya

Bermain dalam sebuah nada…

Bermain dalam sebuah irama…

Sudah terdengarkah irama ini???

irama…tanpa kata…

Sudah terdengarkah kata ini???

kata…yang tanpa nada….

hAi TUaN mUsAfIR

Apakabar tuan musafir???

Critakan pada driku tentang segala jejak langkahmu!!

Tentang hausmu mengarungi lahan-lahan sang khalik ….

Apakabar tuan musafir???

Tunjukan padaku seberapa letih dirimu

menyeberangi lautan waktu dengan perahu sampanmu…

Perdengarkan padaku hempasan angin yang meraup tulang-tulangmu…

Dan nyanyikanlah padaku jerit isak tangis dan kebahagiamu…

Apakabar tuan musafir??

Apakah pasir-pasir debu…

semakin menunjukkan fatamorgana dalam pandanganmu??

Lihat dan rasakan meski dengan serpihan-serpihan jiwamu...


Ketika Anak Autis mengalami masa Puber

Saat ini kasus Autisme pada anak kian meningkat, seakan kini telah menjadi “wabah” dalam masyarakat kita. Autisme merupakan fenomena yang masih menyimpan banyak rahasia walaupun telah diteliti lebih dari 60 tahun yang lalu, dan sampai sekarang belum dapat ditemukan penyebab pasti dari gangguan Autisme ini, sehingga pencegahan maupun penanganan yang tepatpun belum dapat dikembangkan.

Autisme merupakan salah satu dari begitu banyaknya kelainan bawaan pada anak, baik kelainan ini diketahui ketika anak dilahirkan maupun pada perkembangan anak selanjutnya. Autisme berasal dari kata ”auto” yang berarti sendiri. Istilah Autisme pertama kali digunakan oleh Kanner pada tahun 1943. Kanner mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa, adanya aktivitas bermain yang repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya.

Maraknya penelitian seputar anak Autis, disebabkan meningkatnya jumlah penyandang Autisme yang semakin meningkat. Jumlah anak Autis makin bertambah. Dengan adanya metode diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang ditemukan terkena Autis akan semakin meningkat. Sekarang inipun dapat kita lihat maraknya pendirian sekolah khusus Autisme yang mengindikasikan peningkatan jumlah penderita Autisme.

Semakin berkembangnya penelitian mengenai anak Autis juga mencetuskan beberapa pertanyaan tentang bagaimana merawat anak autis itu sendiri, sebab merawat anak Autis tidaklah semudah merawat anak pada umumnya. Membesarkan anak Autis tidak hanya berarti pengorbanan fisik semata. Ketika orangtua menyadari kondisi anak dengan segala keberadaannya, reaksi pertama yang sudah dapat dipastikan muncul adalah terkejut dalam menerima kenyataan yang ada. Reaksi yang kedua adalah kemungkinan adanya penolakan. Secara rasional orangtua telah menyadari realita keberadaan anak dengan segala keterbatasannya, namun secara emosional masih kuat pengharapan akan kondisi yang disampaikan dalam diagnosa adalah salah, sehingga secara emosional terjadi penolakan akan hal tersebut. Penolakan tersebut mengakibatkan timbulnya beban dan konflik batin yang dialami orangtua yang memiliki anak Autis sehingga dapat mengakibatkan stres yang muncul dalam bentuk gejala-gejala psikosomatis. Bagaimana hal tersebut tidak mengakibatkan stres, pasalnya orangtua harus berhadapan dengan anak yang mereka sayangi namun seakan anak tersebut hidup didunianya sendiri dan sulit berinteraksi dengan orang lain.

Saat anak memasuki masa remaja, sudah menjadi hal yang umum bahwa timbul kecemasan pada orangtua, terlebih pada orangtua dari anak-anak dengan kebutuhan khusus (Autisme). Ketakutan dan kekhawatiran akan perlakuan-perlakuan yang didapat dari lingkungan social tidak jarang menimbulkan kecemasan, perasaan sedih, marah, bahkan mungkin akan mengalami depresi ketika si anak memasuki masa remaja. Tentu saja, karna kita tahu bahwa banyak anak biasa yang tidak mampu melewati masa puber dengan baik, apalagi anak-anak dengan kebutuhan khusus. Bisa jadi tekanannya akan lebih berat. Kesulitan penanganan anak dengan kebutuhan khusus ketika menginjak masa remaja membuat banyak orangtua anak Autis mengalami kebingungan dalam memberikan penanganan yang tepat. Kesulitan memberikan pemahaman pada fese puber seperti cara menghadapi menstruasi pertama pada anak perempuan, keadaan labilnya emosional dan perkembangan psikoseksual anak pada masa itu membuat orangtua semakin diliputi rasa cemas.

Ada banyak kekhawatiran mengingat anak Autis memiliki hambatan dalam berkomunikasi, berperilaku, maupun dalam memahami tatanan sosial. Para Ibu anak-anak tersebut, yakni sebagai figur yang dekat dengan anak dibayangi kecemasan bahkan ketakutan akan terjadinya pelecehan seksual, perilaku anak yang tidak pantas dan memalukan di tempat-tempat umum seperti menggaruk garuk alat kelaminnya, menanggalkan pakaiannya, bahkan remaja dengan kebutuhan khusus ini dapat saja melakukan masturbasi dimanapun saat libidonya timbul.

Secara umum, tidak dapat dipungkiri bahwasanya masalah seputar seks masih tetap menjadi hal yang tabu dan tertutup di dalam tatanan masyarakat kita dan kecenderungannya adalah justru pada masa itu, kurang adanya pembahasan mendalam, khususnya untuk anak Autis itu sendiri dan hal tersebut dianggap sepenuhnya menjadi tanggung jawab orangtua dalam memberikan pengajaran.

Pada masa pubertas inilah seseorang berubah dari fisik anak-anak menjadi fisik dewasa sejalan dengan terjadinya perubahan hormonal di dalam tubuhnya. Perubahan fisik tersebut akan mempengaruhi pula keadaan psikis, kognitif dan sosial anak. Ketidak nyamanan pada tubuh yang mereka rasakan, ketidak pahaman mereka dalam menghadapi perubahan tersebut akan menimbulkan perilaku perilaku baru seperti menjadi mudah marah, emosi yang tidak terkontrol, melawan, bingung, berperilaku yang beresiko, maupun melakukan aktivitas seksual. Perilaku dan keadaan emosional anak tersebut mendorong ibu anak Autis untuk mampu menyeimbangkan berbagai kondisi yang cenderung menekan stabilitas kognisi dan afeksinya sehingga tidak terjerumus semakin jauh ke dalam bentuk depresi. Pada masa pubertas inilah, para orangtua anak Autis memiliki peran yang cukup besar dalam memberikan pemahaman tentang perubahan-perubahan yang dialami anak Autis tersebut, dan memberikan penanganan kepada anak berdasarkan masalah dan gejala perilaku psikoseksual yang nampak pada diri anak Autis.

pada masa puber, anak mengalami keadaan emosi yang labil dan gejolak seksualitas, sementara kita tahu bahwa anak Autis kurang mampu melakukan hubungan emosional timbal balik, memiliki keadaan emosional yang tidak stabil, dan beragam keterbatasan lain, seperti ciri utama yang menonjol yakni kesendirian yang amat sangat. Hal tersebut menjadi penyebab timbulnya banyak kendala bagi orangtua anak Autis dalam memberikan penanganan tentang masalah pubertas. Oleh sebab orangtua haruslah mempersiapkan datangnya masa pubertas baik dalam hal memberikan pengajaran seks education maupun pendampingan perawatan diri...(semoga bermanfaat ^_^)

AnDAikAN

Kulihat alam semesta yang menaburkan bintang-bintang diangkasa..

Banyak yang menyala berkelap-kelip disana..

Banyak pula meteor-meteor yang mengapung dalam nafas kegelapannya

Tapi…hanya beberapa yang dapat melihatnya

Karna yang banyak manusia lihat…

Hanyalah kerlipan bintang yang menyala-nyala dengan centilnya…

Sementara para meteor itu??…

Haah….begitulah kehidupan alam semesta..

Ternyata sulit juga melihat suara kehidupan…

Apalagi mendengarnya…iya kan??

Suara kehidupanku memang tak akan mampu menjangkau telinga kehidupanmu..

Begitu sulit bukan???

Andai aku bisa…

Andai aku bisa menperdengarkan lidah-lidah kehidupanku ini

Maka aku bisa menghancurkan gunung-gunung dibawah rasa sadarku..

dARlinGkU..

Seperti burung yang senantiasa mengajarkan

Semangat yang tak pernah pudar

Tuk terbang melewati segala kepemilikan mutual awan dan angin.

Mengajarkan kesabaran untuk dapat terbang lebih tinggi..dan tinggi lagi..

Mengajarkan kekuatan yang tak pernah surut akan kelelahan

Mengajarkan keiklasan dalam tiap kepakan sayap

Yang membuatnya kuat bertahan mengelilingi luasnya dunia…

Mengajarkan alunan kicauan nada dalam kelelahanya

Yang membuat dunia ikut bernyanyi

Seperti itulah aku melihatmu wahai ibu..

Sabtu, 10 Januari 2009

deAR gOd

Satu kata menembus dimensi jiwaku..

Seakan tamparan merajam beku jiwa karna terkaburkan perspektif rasa

Lama sudah terasa jiwa ini tak menemui-Mu..

Bodoh ketika kerinduan ini hanya terpikir dalam benakku bukan??

Bantu aku terus melangkah menemui-Mu

Mengagungkan-Mu

Dan selalu merindu-Mu

Dear god,

adakah kelayakan untuk jiwa raga ini memohon maaf pada-Mu?


nAFaS sAStRA

Dari dulu…

Aku terpikat oleh kata-kata penuh dengan nafas sastra

Karya…yang berisikan jeritan..dan harapan…

aku tak perduli seberapa banyak orang mengerti

aku tak perduli seberapa banyak orang mengagumi

dan aku tiudak perduli seberapa banyak orang kan mencaci…

Biarkan karya itu menjelma…dengan segala depriviasinya…

Explorasi Diri di dunia maya

Apakah internet dapat digunakan sebagai alat untuk eksplorasi diri?

Dengan ngegame di internet, aku merasakan kesenangan dan kepuasan tersendiri.. hanya dengan ngegame, aku bisa melupakan semuanya. disana aku bisa menjdi sosok-sosok yang aku inginkan…” . Begitulah defend yang dibuat seorang laki-laki yang ketika itu berumur 19 tahun, yang meninggalkan kuliah dan lari dari realitas kehidupan nyata dan memilih hidup di dunia maya dalam waktu hampir selama satu tahun, sampai akhirnya dia mau menghadapi dirinya dan problem yang dihadapinya, meskipun akhirnya merasakan penyesalan karena kehilangan masa-masa yang dilewatinya begitu saja.

Mengenai dampak internet sebagai alat explorasi diri, para Psikolog memang memandang hal tersebut tergantung dari pribadi si penggunanya. Tentu internet akan bermanfaat jika mampu meningkatkan kehidupan seseorang, dan sebaliknya menjadi penyakit jika membuat kacau kehidupan orang tersebut. Pengaruh buruk akan terjadi jika internet digunakan sebagai sarana untuk mengisolasi diri. Banyak orang tidak sadar bahwa lama-kelamaan ia menutup diri terhadap komunikasi sosial entah karena keasikan ngebrowse atau karena internet dipakai sebagai pelarian dari masalah-masalah yang berhubungan dengan kepribadiannya. Hal itu dapat terjadi karena ada individu yang menampilkan kepribadian yang berbeda pada saat online dengan offline. Motivasi dibalik itu tentu berbeda antara satu orang dengan yang lain. Permasalahan akan rumit jika alasannya adalah karena individu tersebut tidak puas/suka terhadap dirinya sendiri (mungkin karena rasa minder, malu, atau merasa tidak pantas), lantas menciptakan dan menampilkan kepribadian yang lain sekali dari dirinya yang asli. Seringkali ia lebih suka pada kepribadian hasil rekayasa yang baru karena tampak ideal baginya. Padahal, menurut para Psikolog, hal ini tidak benar dan tidak sehat.

Mengapa demikian?

Michelle Weil, seorang Psikolog dan pengarang buku terkenal, memberikan contoh konkrit tentang seorang gadis yang dijauhi oleh teman-temannya lalu kemudian menghabiskan waktu untuk mojok berchatting ria dengan menampilkan karakter yang sangat kontradiktif dengan karakter aslinya. Akibatnya, lama kelamaan ia semakin jauh dengan kenyataaan sosial yang ada, bahkan tidak bisa menerima diri apa adanya. Menurut pakar psikoanalisa terkenal seperti Erich Fromm, kondisi demikian dinamakan neurosis. Kondisi neurosis yang berkepanjangan akan mengakibatkan gangguan jiwa yang serius. Michelle lebih lanjut menambahkan, bahaya latennya adalah terbentuknya kepribadian online yang berbeda dengan yang asli.

Menghadapi realita kehidupan yang dipandang berat dan keras, memang sangatlah sulit...tapi, apakah kita harus lari dari kenyataan dan memilih hidup dalam fantasi kita sendiri?? Faktor penerimaan diri, itulah kunci awal dalam membuka gembok dalam gerbang jalan kehidupan..

"Magical Template" designed by Blogger Buster